MAKALAH BUDAYA ADAT MINANGKABAU (BAM)
MAKALAH
BUDAYA ADAT MINANGKABAU (BAM)
Tentang
PERAN BUNDO KANDUANG DI MINANGKABAU
Disusun
oleh Kelompok VI:
AIDIL RIDWAN DAULAY :1314010134
SITI ZAHERA :
1314010130
AQSHA FANI HAYATI : 13140705
SUHERMAN RAUF :
13140705
Dosen
Pembimbing:
ISNI BUSTAMI
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PADANG
1435 H/2014 M
BAB I
PENDAHULUAN
Keberadaan Bundo Kanduang telah melekat dengan
adat dan budaya Minangkabau, hal itu menjadikannya memiliki peran dan fungsi
yang sangat strategis dalam menanamkan nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau,
terutama membentuk akhlak generasi muda.Disamping itu, peran Bundo Kanduang juga
diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan sosial lainnya baik
itu di lingkungan keluarga, sanak famili, maupun di lingkungan tempat tinggal.
Ditambahkan, mengingat pentingnya keberadaan
Bundo Kanduang dalam membentuk akhlak, menjadi tauladan bagi generasi muda, dan
menumbuhkan nilai-nilai adat dan budaya, Bundo Kanduang harus bisa mewujudkan
peran dan fungsi sebagai perempuan Minangkabau dalam menerapkan fungsi adat
Minangkabau.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bundo Kanduang
Bundo kanduang adalah panggilan terhadap
golongan wanita diMinangkabau, artinya Bundo adalah Ibu dan Kanduang artinya
Sejati. Jadi, ibu sejati yang memiliki sifat-sifat keibuan dan kepemimpinan.
Adat Minangkabau yang memiliki sistem matrilineal,artinya garis
keturunandiambil berdasarkan silsilah
ibu, diungkapkan dalam gurindam adat Minang berikut:
Bundo
kanduang limpapeh rumah nan gadang
Umbun
puruak pagangan kunci
Umbun
puruak aluang bunian
Pusek
jalo kumpulan tali
Sumarak
dalam kampuang
Hiasan dalam
nagari
Nan
gadang basa batuah
Kok
hiduik tampek banasa
Kok mati
tampek baniak
Kaundang-undang ka Madinah
Kapayuang panji ka sarugo
Maksud
gurindam diatas, adat Minangkabu memberikan beberapa keutamaan dan pengecualian
terhadap wanita, sebagai tanda kemuliaan dan kehormatan yang diberikan kepada
Bundo Kanduang, yang berguna untuk menjaga kemuliaan danagar martabat Bundo
Kanduang tidak jatuh.
Adapun
keutamaan bundo kanduang di Minangkabau adalah:
Keturunan ditarik dari garis ibu Garis
keturunan ditarik dari garis ibu (matrilineal), sehingga seorang anakyang
dilahirkan oleh seorang perempuan minang dari suku (misalnya Malayu) baik
laki-laki atau perempuan akan bersuku Malayu pula. Tujuannya adalah agar
manusia dapat menghormati dan memuliakan kaum ibu yang telah melahirkannya. Dan
juga, menurut adat Minangkabau seorang ibu akan lebih banyak menentukan watak
dari manusia yang dilahirkannya,seperti kata pepatah:
Kalau karuah aie di hulu
Sampai ka muaro karuah juo
Kalau kuriak induknyo
Rintiak anaknyo
Turunan atok ka palambahan
Rumah
tempat kediaman menurut adat Minangkabau, rumah diperuntukkan untuk kaum
perempuan dan bukan untuk laki-laki. Hal ini dikarenakan laki-laki secara kodrat
lebih kuat dibandingkan perempuan. Mengingat pentingnya peranan wanita dalam
kehidupan dan juga kodratnya yang lemah, maka Adat Minangkabau lebih
mengutamakan perlindungan terhadap kaum wanita. Sesuai dengan pepatah adat:
Nan
lamah ditueh
Nan
condong ditungkek
Ayam
barinduak
Sirieh
bajunjuang
B. Keutamaan Bundo Kanduang Di Minangkabau
Di dalam masyarakat Minangkabau seorang anak,
baik laki-laki maupun perempuan untuk menentukan garis keturunannya akan
ditarik dari garis keturunan ibu atau matrinilial, ini mengandung rahasia agar
manusia yang di lahirkan ibu terutama laki-laki untuk menghormati dan
memuliakan garis keturunannya tanpa pandang bulu dan tidak berbuat semena-mena
serta tidak memandang rendah wanita.
Seorang ibu dalam adat Minangkabau akan lebih
banyak menentukan watak dan kepribadian anak seperti yang diungkapkan pepatah:
Kalau karuah aie di hulu
Sampai kamuaro karuah juo
Kalau kuriak induaknyo
Rintiak anaknya, tuturan
Atok jatuah ka palambayan
Dalam pepatah ini menggambarkan bahwa sifat dan
watak-watak seorang anak sangat dipengaruhi dari ibu, itulah sebabnya keturunan
ditarik dari garis keturunan ibu.
a. Wanita penyimpan hasil ekonomi
b. Wanita memiliki hak suara dalam musyawarah
c. Sumber ekonomi di utamakan untuk wanita
d. Rumah tempat kediaman
C. Fungsi Bundo Kanduang
Adapun
fungsi bundo kanduang menurut adat Minangkabau adalah: Limpapeh rumah gadang
Limpapeh adalah tiang tengah dalam sebuah bangunan, pusat kekuatan dari
tiang-tiang lainnya. Apabila tiang tengah ambruk, maka tiang yang lainnya akan
berantakan. Pengertian limpapeh disini sendiri menurut adat Minangkabau adalah
seorang bundo kanduang yang telah meningkat menjadi seorang ibu. Jadi, ibu
sebagai seorang limpapeh rumah gadang adalah tempat meniru, teladan.
"Kasuri tuladan kain, kacupak tuladan batuang, satitiak namuah jadi lawik,
sakapa buliah jadi gunuang." Seorang ibu bertugas membimbing dan mendidik
anak yang dilahirkan dan semua anggota keluarga lainnya di dalam rumah tangga.
D. PERANAN
BUNDO KANDUANG DI MINANGKABAU
Peranan
perempuan terlihat pada asas Sistem Kekerabatan Matrilinial (SKM) di
Minangkabau. Nenek moyang orang Minang sudah beretetapan hati menghitung garis
keterunannya berdasarkan garis keturunan ibu. SKM itu sulit dibantah karena SKM
ini merupakan dalil yang sudah hidup, tumbuh dan berkembang di Minangkabau.
Asas SKM itu mengandung tujuh ciri kekerabatan menurut ajaran adat Minangkabau,
dimana ciri ciri matrilineal di Minangkabau adalah :
1. Garis
keturunan dihitung menurut garis keturunan ibu
2. Suku
anak menurut suku ibu Basuku kabakeh ibu Babangso kabakeh ayah Jauah mancari
suku Dakek mancari ibu Tabang basitumpu Hinggok mancakam
3. Pusako
tinggi turun dari mamak ka kamanakan, pusako randah turun dari bapak kapado
anak. Dalam hal ini terjadi "ganggam bauntuak" hak kuaso pada perempuan
hak mamaliharo kapado laki laki. Dan hak menikmati secara bersama sepakat kaum,
ayianyo nan buliah diminum, buah nan buliah dimakan, nan batang tatap tingga,
kabau pai kakbuangan tingga, luluak dibawok sado nan lakek di badan
4. Gelar
pusaka tinggi turun dari mamak kepada kemenakan laki laki
5. Matrilokal
(suami kerumah istri
6. Exogami
(kawin diluar suku
7. Sehina
semalu, seraso separesao.
Kemudian
bila ditinjau dari terminology istilah yang dipakai dalam menyebutkan lawan
jenis laki laki ini cukup bervariasi. Ada yang menyebut wanita, perempuan,
Bundo kanduang. Wanita menurut bahasa sangskerta berasal dari kata wanit yang
artinya merangsang birahi nafsu,
Sedangkan perempuan berasal dari kata empu
yang artinya ratu rumah tangga. Padusi berasal dari bahasa Majusi yaitu Padu +
si, yang artinya padu = tempa, si = disini. Berarti tempa disini.Cerita ini
terkait dengan kisah Adam dan Hawa. Bundo kanduang, berasal dari kata bundo
yang artinya ibu, sedang kata kanduang artinya adalah sejati. Berarti ibu
sejati. Tuo bundo kanduang itu dalam nagari adalah ibu kandung penghulu dalam
suku dinagari. Ibu atau perempuan yang lain adalah anggota bundo kanduang di
nagari.
Jadi
bundo kanduang itu harus dipandang sebagai limbago ada di nagari, tetapi tidak
terpisah dari Kerapatan Adat Nagari. Wanita selain orang minang boleh menjadi
bundo kanduang asalkan ia tahu sistem kedudukan, fungsi ibu sejati itu di
Minangkabau. Ada juga ahli adat menyebutkan bundo kanduang berasal dari kata
bundo ka anduang, bundo berarti seorang ibu yang sayang kepada anak
keturunannya, sedangkan anduang adalah seorang ibu yang sayang kepada anak,
cucu serta cicitnya. Ditinjau dari segi kedudukan dan peranan perempuan, maka
ada tujuh kesukaan yang harus diaktualkan dalam diri perempuan yaitu :
1. Suka
memelihara diri
2. Suka
memelihara anak dan keluarga
3. Suka
menjaga martabat kaum dan sukunya
4. Suka
memelihara harta benda dan pusakanya
5. Suka
memajukan dan melanjutkan kehidupan dan ekonominya
6. Suka
menyumarakkan Nagari dan Alam Minangkabau
7. Suka
menjalankan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, bersama kaum adam
dan bahu membahu.
Penampilan perempuan itu menurut ajaran adat
Minangkabau tercermin dalam perlambangan "Alam takambang manjadi
guru". Bundo kanduang termasuk orang berjinih dalam nagari Minangkabau. Bundo
kanduang mempunyai fungsi dan peranannya dalam hidup ini, kecuali nabi Adam
tidak ada yang tidak keluar dari kandungan seorang ibu. Oleh karena itu kaum
ibu termasuk warga masyarakat yang sangat besar fungsi dan peranannya dalam
hidup ini. Bundo kanduanglah di Minangkabau yang dilambangkan dengan mulia dan
amat filosofi.
E.
KARAKTERISTIK BUNDO KANDUANG DI MINANGKABAU
Karakteristik bundo kanduang itu dilambangkan
seperti alam yang indah dan cantik sekali yaitu : Rambuik mayang taurai Talingo
jarek tahanan Mato co bintang Pipih pauah dilayang Bibia limau sauleh Daguak
tabah tagantuang Gigi umbuik babalah Lihia bak anyia mahilia Tangan bak anak
pisang Kaki bak batang padi Jalan si ganjua lalai Pado maju suruik nan labiah
Samuik tainjak indak mati Alua tataruang patah tigo. Semua makna bahasa
perlambang itu mencerminkan lingkungan hidup yang asri, sejuk dan nyaman.
Sedang peranan bundo kanduang adalah :
1. Limpapeh
rumah nan gadang
2. Umbun
puruak pagangan kunci
3. Pusek
jalo kumpulan kunci
4. Sumarak
dalam nagari hiasan dalam kampuang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bundo kanduang adalah panggilan terhadap
golongan wanita diMinangkabau, artinya Bundo adalah Ibu dan Kanduang artinya
Sejati. Jadi, ibu sejati yang memiliki sifat-sifat keibuan dan kepemimpinan.
DAFTAR
PUSTAKA
Azrial, Yulfian, 1995. Budaya Alam Minangkabau.
Angkasa Raya Padang
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Wilayah Provinsi Sumatera Barat. Acuan
Pengembangan Kurikulum muatan Lokal Provinsi Sumatera Barat Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama tentang GBPP Budaya Alam Minangkabau 1994. Padang
HB,
Zulfahmi. Drs. M. Hum. 2002. Pidato Adat Batagak Penghulu: Kajian Kohesi dan
Koherensi Wacana. Teratai jaya. Padang
0 komentar:
Posting Komentar